UMY Bentuk Satgas Hijau, Upaya Capai Target 2015

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) semakin gencar dalam melancarkan kampanye Program Go Green Campus  yang dicanangkan langsung Wakil Menteri  Energi dan Sumber Daya Mineral, Prof. Dr. Widjajono Partowidagdo beberapa waktu lalu. Seakan tak mau dianggap sekadar slogan, UMY mengerahkan seluruh lapisan masyarakat kampus membentuk komunitas peduli lingkungan berjuluk “Satgas Hijau”.
Ditemui di sela-sela Tanam Lima Ratus Pohon di Kampus UMY, Sabtu (14/1), Ketua Pelaksana Program yang juga menjabat Wakil Rektor bidang Kemahasiswaaan UMY, Sri Atmaja P. Rosyidi, Ph.D menuturkan, Satgas Hijau merupakan wujud nyata dari upaya pembudayaan kepedulian lingkungan. Menurutnya, Satgas Hijau menargetkan pada tahun 2015, upaya kepedulian yang dibangun sudah mulai dirasakan manfaatnya.
Hanya dalam waktu satu minggu, Sri menyebut sekitar 200 mahasiswa dari berbagai fakultas dan komunitas mahasiswa tergabung dalam Satgas Hijau. Jumlah ini belum termasuk dosen dan karyawan dari berbagai unit yang juga ikut bergabung setidaknya dalam tanam pohon Sabtu lalu itu. “Setiap anggota Satgas Hijau bertanggung jawab atas setiap pohon yang ia tanam hingga tumbuh. Sekaligus bersama-sama mengontrol setiap zona yang telah dibagi. Tidak hanya memelihara secara reguler, mereka pun dapat mengusulkan pemberian pestisida.”
Selanjutnya Sri menjelaskan, selain pemeliharaan lingkungan komunitas ini juga akan melakukan berbagai bentuk kampanye dan sosialisasi lebih luas mengenai pembudayaan peduli lingkungan. Upaya tersebut diaplikasikan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan ringan yang kental dengan nuansa peduli lingkungan. “Kami akan merancang berbagai progam dan mensinergikannya dengan kegiatan-kegiatan komunitas mahasiswa yang sudah ada. Misalnya fotografi alam, karya tulis lingkungan, hingga konser musik bertema alam. Dari jumlah kegiatan yang banyak inilah diharapkan mendorong jiwa lestari alam dari segala aspek,” jelasnya.
Selain tugas-tugas tersebut, Satgas Hijau diharapkan dapat mempelopori upaya hemat energi di lingkungan universitas. Hal-hal sederhana akan digalakkan para Satgas Hijau mulai dari pemanfaatan kertas yang diminimalisasi misalnya. “Akan dibentuk kesadaran meski sekadar mematikan lampu gedung yang hidup di siang hari. Termasuk pemeliharaan kampus bersih, dan bebas asap rokok tentunya,” terangnya
published at:

on 15 January 2012 | | A comment?

IP UMY Pecahkan Masalah Sosial dengan Teknologi System Dynamic

Studi Ilmu Pemerintahan merupakan studi yang diharapkan mencetak tokoh-tokoh yang nantinya berkecimpung di dunia pemerintahan. Hal ini menuntut lulusan studi ini untuk secara dalam menguasai manajerial pemerintahan. Untuk itu, Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IP UMY) memperkenalkan Teknologi Aplikasi System Dynamic dalam pemecahan permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat.
Disampaikan Dosen IP UMY, Tunjung Sulaksono, SIP, MA di sela-sela Pelatihan Aplikasi System Dynamic IP UMY, Jumat (13/1) di Laboratorium Komputer IP UMY, kegiatan ini diikuti sejumlah dosen dan mahasiswa Program Magister Ilmu Pemerintahan (MIP) UMY. Kegiatan ini sendiri diadakan mulai Kamis hingga Sabtu (12-14/1).
Menurut Tunjung, System Dynamic yang pertama kali diperkenalkan Jay W  Forrester, seorang profesor dari Amerika Serikat merupakan sebuah metode pemodelan dengan simulasi komputer yang dapat memahami perilaku dinamis yang kompleks dari waktu ke waktu. Dengan demikian, metode tersebut dapat menjadi alat penunjang bagi pimpinan sebuah organisasi dalam proses pengambilan keputusan.
Selanjutnya Tunjung menjelaskan, sebenarnya setiap manusia secara naluriah menggunakan suatu model dalam mengambil keputusan. Namun model yang digunakan bersifat tidak lengkap dan kabur karena hanya dibayangkan oleh pikiran. Pikiran manusia yang pada dasarnya belum tentu benar membuat model tersebut terkadang tidak dapat diintepretasikan secara lengkap. “System Dynamics menjadi upaya penyederhanaan dari sistem sosial tersebut. System Dinamics mengabstraksikan fenomena di dunia sebenarnya ke model yang lebih nyata dan jelas dengan model komputer.”
Dengan gambaran yang lebih nyata, nantinya para pimpinan organisasi dapat memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masyarkat. Misalnya dalam penggunaan Keluarga Berencana (KB). System Dynamicsdapat memprediksi apa yang akan terjadi beberapa waktu ke depan jika pertumbuhan masyarakat dibiarkan. Demikian pula seberapa jauh KB dan program lainnya dapat mengurangi pertumbuhan penduduk tersebut. “Pada akhirnya mempermudah kita untuk mengambil keputusan. Tentunya kita tetap harus mengidetifikasi permasalahan dan mengumpulkan data yang menjadi faktor-faktor yang berpengaruh terlebih dahulu. Data tersebut juga harus bersifat kuantitatif, bukan kualitatif”, terang Tunjung.
IP UMY disebutkan Tunjung menghadirkan pakar System Dynamic, Dr. Lilik Soetiarso. Pelatihan dibagi menjadi tiga sesi materi. Materi pertama merupakan materi konsep, dinamika sitem, pemodelan dan simulasi. Materi kedua berupa perngenalan System Dynamic dan dilanjutkan pengenalan Software Powersim. “Ada juga kerja mandiri praktek aplikasi Powersim untuk menyelesaikan studi kasus”
Pada akhirnya Tunjung mengharapkan dengn pelatihan ini, para peserta dapat mengoperasikan software Powersim sebgai instrumen System Dynamic. “Dengan begitu, mereka benar-benar bisa mengimplementasikan sistem ini dalam melakukan kajian atau analisis untuk mengambil suatu keputusan yang berdampak langsung bagi masyakarat. Selain itu, ada harpan nantinya ilmu ini ditularkan kepada seluruh mahasiswa IP sebagai calon pengambil keputusan untuk bangsa ini”, tandasnya.
published at:

on 13 January 2012 | | A comment?

Persiapkan Lulusan, FAI UMY adakan Baitul Arqam Purna Studi

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogykarta (FAI UMY) mengadakan Baitul Arqam Purna Studi (BAPUS) mulai Senin hingga Rabu (9-11/1) di Asrama Mahasiswa, University Residence (UNIRES)UMY. Kegiatan ini diikuti sekitar 60 mahasiswa FAI UMY yang akan diluluskan Februari mendatang.

Menurut penanggungjawab kegiatan Imam Suprabowo S.Sos.I, M.Pd.I saat ditemui di sela-sela acara Senin (9/11), kegiatan ini diadakan sebagai bentuk tanggung jawab dan pelayanan purna studi yang lebih mendalam bagi para calon lulusan FAI UMY yang sebentar lagi akan memasuki dunia kerja. “Mempersiapkan bekal bagi calon alumni dalam menghadapi dunia kerja merupakan sebuah tanggung jawab besar. Apalagi saat ini FAI dikonsentrasikan ke beberapa studi yang memiliki fokus masing-masing”.

Konsentrasi yang dimaksud Imam adalah konsentrasi fakultas yang dibagi ke dalam tiga studi, yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI), Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan Ekonomi Perbankan Islam (EPI). PAI difokuskan kepada calon pendidik yang akan mengajari masyarakat mengenai Agama Islam. KPI pada tataran komunikasi yang bernilai islam. Sementara EPI dititikberatkan pada dunia perbankan.

Kegiatan yang baru pertama kali diadakan di lingkungan universitas ini menurut Imam juga diintegrasikan dengan yusidium. Hal ini penting supaya yudisium bukan sekadar bersifat seremonial, namun juga memiliki manfaat yang lebih bagi calon alumni yang akan memasuki dunia dunia kerja dan kehidupan sosial di masyarakat.

Menurut Imam, setidaknya ada 5 materi utama yang diberikan pada kegiatan tersebut. Pertama mengenai Identitas Muhammadiyah di Tengah tantangan paham lain. Selanjutnya mengenai paham Agama dalam Muhammadiyah. Tiga materi lain berupa kehidupan pribadi dan kerja profesi, ibadah dalam perspektif Muhammadiyah, dan Tanggung jawab alumni bagi pengembagan Muhammadiyah. Kelima materi tersebut diisi oleh pada dosen dan pejabat UMY, salah satunya mantan Sekjen PP Muhammadiyah, Drs. Rosyad Shaleh.

Selain materi-materi utama, kegiatan juga diisi beberapa kegiatan yang lebih spesifik mempersiapkan calon wisudawan menghadapi dunia kerja, seperti training motivasi, job hunting dengan materi surat lamaran, wawancara, dan lainnya. “Job hunting diupayakan demi menghantar mereka ke pintu dunia kerja. Selain itu mereka juga diberi try-out psikotes berupa tes potensi akademik, kemampuan umum, kepribadian dan leadership”, terang Imam.

Pada akhirnya Imam mengharapkan, BAPUS akan menghasilkan lulusan FAI UMY yang berbeda. Lulusan FAI menurutnya harus memiliki nilai berbeda dengan lulusan lain. Nilai-nilai Islam yang dikuasai secara mendalam merupakan salah satunya. “Penanaman nilai-nilai Islam dan kemuhammadiyahan tingkat lanjut memang penting. Dengan tujuan ini, para peserta BAPUS memiliki karakter islami. Terutama dalam perspektif Muhammadiyah”, tandasnya.

published at:

http://www.umy.ac.id/persiapkan-lulusan-fai-umy-adakan-baitul-arqam-purna-studi.html

on 09 January 2012 | | A comment?

Mahasiswa UMY Ciptakan Alat Deteksi Dini Tanah Longsor Bersensor Cahaya

Tanah longsor saat ini semakin sering terjadi di Indonesia. Bencana ini tidak hanya menimbulkan kerugian materi tetapi juga korban jiwa. Hal ini disebabkan sulitnya memprediksi secara dini potensi longsor di daerah-daerah rawan longsor yang dihuni masyarakat. Akibatnya, masyarakat tidak memiliki waktu untuk menyelamatkan diri dari tanah longsor yang terjadi dalam waktu yang cepat.
Hal ini mendorong R. Herjuna Sandra Darnastri, mahasiswa Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (TE UMY) menciptakan alat deteksi dini tanah longsor tepat guna bersensor cahaya. Dijelaskan Herjuna Jumat (6/1) di Laboratorium Teknik Elektro Kampus Terpadu UMY dengan alat ini, masyarakat sekitar daerah rawan longsor dapat mengantisipasi datangnya longsor dengan tanda nyala lampu dan bunyi sirine pada alat ini saat tanah bergeser dalam jarak tertentu.
Selama ini menurut Herjuna, beberapa alat deteksi tanah longsor yang diciptakan kebanyakan menggunakan potensiometer untuk mendeteksi terjadi tanah longsor. Namun dalam alatnya, Herjuna menggunakan sensor cahaya pada alat LDR (light dependent resistor) dan LED (light emitting diodes). Sensor cahaya menurut Herjuna digunakan karena potensiometer bila digunakan terus menerus dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan kerusakan. Selain menghasilkan nilai yang lebih stabil, alat deteksi dengan sensor cahaya akan lebih mudah dalam pembuatan mekanik dan kalibrasi alat.
Dalam proses pendeteksiannya, beberapa patok secara paralel ditanamkan di bagian-bagian tanah yang rawan longsor. Patok lalu dihubungkan ke LDR dan LED dengan menggunakan kawat baja elastis. Saat tanah bergeser, patok juga ikut bergerak menarik kawat baja sehingga LED menjauhi LDR. “Akan diperoleh nilai ADC (analog digital converter) yang dikonversikan menjadi nilai pergeseran tanah dengan satuan sentimeter. Nilai pergeseran itu lalu ditampilkan pada layar LCD (Liquid Crystal Display)”, terang Herjuna.
Selain tampilan pergeseran tanah pada LCD, alat ini juga menghasilkan output berupa peringatan dini dengan lampu indikator dan bunyi sirine. Ada 3 warna lampu indikator yang digunakan. Warna hujau menandakan terjadinya pergeseran tanah 2-3 cm dengan keadaan masih normal. Lampu kuning menandakan kondisi siaga 1 dengan jarak pergeseran 3-4 cm. Sementara lampu merah berarti siaga 2 mulai dari 4 cm. “Sementara sirine akan berbunyi pada kondisi siaga 3 dengan jarak 5 cm atau lebih. Pada alat simulasi ini saya menggunakan alat buzzer untuk menghasilkan suara. Sementara untuk aplikasinya dapat menggunakan alat yang menghasilkan suara yang lebih besar sehingga dapat didengar pada jarak yang lebih jauh” terangnya.
Pergeseran tanah 5 cm, menurut Herjuna dapat dinyatakan sudah cukup membahayakan atau dapat menimbulkan tanah longsor. Pergeseran tanah 5 cm akan membentuk rekahan tanah yang cukup besar sebesar 5 cm juga. Jika terjadi hujan, rekahan tanah ini dikahawatirkan akan dialiri air hujan dimana aliran air ini bisa membentuk bidang longsor yang mengakibatkan tanah longsor. “Dengan alat ini, masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor punya waktu untuk menyelamatkan diri dengan melihat lampu indikator dan suara yang ditimbulkan”, jelasnya.
Pada akhirnya Herjuna mengharapkan, alat ini selanjutnya dapat digunakan langsung di daerah-daerah rawan longsor di Indonesia. “Paling tidak dapat mengurangi korban jiwa yang sangat banyak selama ini. Alat ini memang dibuat untuk sekali pakai. Jadi Meskipun alat dirancang kokoh agar tidak terbawa longsor, terbawa longsor pun yang paling penting bunyi sirine dari alat ini sudah memberi informasi secara cepat ke masyarakat sekitar” tandasnya.







published at:

on 06 January 2012 | | A comment?

Teliti Padi Kualias Tinggi, UMY Jalin Kerjasama dengan Alwyni International Capital

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengadakan penandatanganan kerjasama dengan sebuah perusahaan Arab SaudiAlwyni International Capital (AIC) dalam mengembangkan pada basmati di Yogyakarta. Penandatangan kerjasama yang diadakan Rabu (28/12) di Ruang Sidang Komisi Gedung AR Fahruddin A Kampus Terpadu UMY ini dihadiri Rektor UMY, Dasron Hamid, M.Sc., Presiden Direktur AIC Farouk Abdullah Alwyni, Wakil Bupati Gunungkidul Immawan wahyudi, dan perwakilan Islamic Development Bank.
Ketua tim peneliti, Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP. menjelaskan, padi Basmati adalah varietas padi unggulan yang dikonsumsi oleh masyarakat Timur Tengah. Di sana, besar Basmati menjadi makanan pokok kedua setelah gandum.Permintaan terhadap beras basmati sangat tinggi lantaran dikenal memiliki arona yang wangi dan halus. Beras Basmati memiliki kualitas dan harga pasar yang jauh lebih tinggi dari beras yang biasa dikonsumsi di Indonesia.
Selama ini, beras Basmati di Timur Tengah tersebut sebagian besar hanya diperoleh dari India dan Pakistan. Beras ini memang sudah lama tumbuh dan diproduksi di kedua negara tersebut. “Jumlah permintaan beras basmati tersebut terus meningkat, jadi negara-negara Timur Tengah berusaha mencari produsen baru varietas ini agar tidak tergantung pada kedua negara tersebut. Sehingga adanya pemenuhan kebutuhan”, terang Agus.
Menurut Agus, penelitian yang dilakukan timnya ini sebenarnya sudah dilakukan sejak akhir 2010 lalu. Padi Basmati ditanam di beberapa tempat di Gunung Kidul, Bantul dan Sleman. Dalam jangka waktu itu Agus dan kawan-kawan berupaya mencari formula yang tepat untuk selanjutnya mengembangkannya lebih lanjut bersama AIC. Benih padi Basmati diperoleh tim dari Bahan Penelitian Padi (Balipta) Sukamandi, Bantaeng Sulsel, dan Nusa Tenggara. “Selanjutnya hasil panen yang sudah ada akan diuji kelayakannya. Apakah hasilnya sesuai harapan atau tidak”
Salah satu permasalahan yang diteliti tim menurut Agus adalah mengenai asal baru harum yang didapatkan pada produksi padi Basmati. Bau harum tersebut diduga muncul jika padi Basmati di tanam di daerah dataran tinggi, sekitar 500 m di atas permukaan laut. “Hasil lain yang telah didapatkan misalnya bahaw padi Basmati dapat ditanam dalam keadaan tergenang maupun kering, baik secara organik maupun anorganik”
Selain itu menurut Agus, padi basmati berumur sekitar 105-110 hari namun tidak tahan terhadap hama wereng. Bulirnya sangat disukai tikus dan burung yang mengindikasikan rasanya enak. Untuk selanjutnya, agus dan kawan-kawan berencana melakukan penelitian dengan menguji kulatias beras meliputi kanduungan gizi dan organoleptik, kelengasan dan pemupukan, serta pengendalian hama.
Pada akhirnya Agus mengharapkan. Jika hasil studi kelayakan beras Basmati, merupakan sebuah peluang besar bagi UMY dan pemerintah DIY untuk mengembangkannya. Padi Basmati akan membuka peluang bagi DIY untuk mengembangkan padi ini sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah. “Sebuah peluang jika Indonesia bisa memperoleh pendapatan melalui ekspor beras basmati ke Timur Tengah. Ini kesempatan besar” tandasnya.
published at: 

on 28 December 2011 | | A comment?

Buya Syafii: Ganti NKRI jadi NPRI

Penerapan desentralisasi di Indonesia menurut Buya Syafii Ma’arif belum mencapai tujuan. Hal ini menggelitik Syafii untuk mengusulkan bentuk negara Indonesia dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi Negara Persatuan Republik Indonesia (NPRI). Menurutnya, konsep negara federasi seperti Malaysia, Swiss maupun Jerman agaknya lebih tepat agar pemimpin tidak melihat Indonesia dari Jakarta, atau Jawa saja.
Syafii menyampaikan hal tersebut di hadapan mahasiswa FISIPOL se-DIY dan Jateng pada acara Dialog Negeriku bertajuk “Membangun Kultur Ideal dalam Menciptakan Pemimpin Ideal 2014” yang diadakan Forum Lembaga Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Indonesia (FOLMASPI) bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltiik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (BEM FISIPOL UMY), Selasa (27/12) di Ruang Sidang lantai 5 Gedung AR Fahruddin B Kampus Terpadu UMY.
Syafii juga menilai, meskipun pemerintah menerapkan sistem desentralisasi di Indonesia, nilai-nilai sentarlistik masih sangat kental dirasakan dalam aplikasinya. “Walaupun kewenangan diserahkan ke daerah, izin pembangunan ke pemerintah pusat masih melalui proses yang lama sekali. Itu karena pemerintah pusat belum tentu tahu kondisi di daerah. Semua masih hanya melihat Jawa. Tidak ada distribusi kekayaan yang adil”, terangnya.
Sebuah negara majemuk menurut Syafii seharusnya benar-benar mempertimbangkan keanekaragaman yang ada, baik suku ras agama. Para pemimpin yang ideal adalah yang melihat negara ini dari kacamata Indonesia seutuhnya. “Tidak seperti sekarang ini, lebih dari setengah perederan uang di Indonesia terjadi di Jawa. Padahal Indonesia negara dengan tradisi sosiokultural yang kental. Kekhasan daerah harus dipertimbangkan”, jelas Syafii.
Kelompok separatis yang muncul di berbagai daerah di luar Pulau Jawa, menurut Syafii juga muncul salah satunya akibat kegelisahan masyarakat yang tidak mampu mengembangkan daerahnya tersebut. Sistem pemerintahan di Indonesia cenderung menimbulkan kesenjangan pembangunan. “Padahal sumber daya alam daerah tersebut begitu berlimpah. Ya ini karena pusat pemerintahan masih ada di Jawa”.
Selanjutnya Syafii menjelaskan, upaya-upaya yang dituturkannya ini tetap hanya akan terjadi jika Indonesia dipimpin oleh para politisi yang idealis, bukan pragmatis seperti sekarang ini. Permasalahan besar menurutnya saat mengetahui 94% kepala daerah di Indonesia bahkan pecah dengan wakilnya sendiri. “Jadilah pemimpin untuk rakyat, bukan pemimpin untuk partai. Kita harus mengatakan selamat tinggal bagi pemimpin asal-asalan”
Selain Syafii Ma’arif, dialog tersebut menghadirkan Wakil Ketua Komisi 2 DPR-RI Ganjar Pranowo, SH., dan pengamat politik yang juga dosen FISIPOL UMY, Adde M. Wirasenjaya SIP., M.Si.
published at:

on 27 December 2011 | | A comment?

Mahasiswa UMY Ciptakan Alat Deteksi Curah Hujan Tepat Guna

Para petani kini disulitkan untuk memperkirakan waktu tanam dan panen padi atau tanaman lain. Selama ini para petani cenderung menentukannya dengan tradisi yang telah ada secara turun temurun dengan melihat siklus curah hujan yang teratur. Namun, curah hujan yang saat ini mengalami siklus tidak menentu. Hal ini membuat petani kesulitan untuk memproduksi dengan kualitas terbaik karena tidak bisa lagi tergantung pada tradisi tersebut.

Dilatarbelakangi hal tersebut Andi Kurniawan, Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (TE UMY) berhasil menciptakan alat pendeteksi curah hujan tepat guna dengan biaya produksi yang terjangkau oleh masyarakat. Dijelaskan Andi Senin (26/12) di Kampus Terpadu UMY, bahkan biaya produksi alat pendeteksi ini dapat diminimalisasi hingga sekitar empat ratus ribu rupiah.

Alat ini dijelaskan Andi menggunakan komponen-komponen sederhana dalam produksi, yaitu corong, penjungkit, mikrontroler, alat transmisi wireless dan alat penampil data seperti komputer. Corong digunakan sebagai penampung pertama air hujan. Air hujan kemudian dialirkan ke penjungkit sehingga terjadi jungkitan saat volume air hujan yang tertampung di penjungkit telah mencapai jumlah yang ditetapkan. Jumlah jungkitan yang terjadi pada penjungkit tersebut lalu dihitung oleh Optocoupler sebagai sensor.

Data berupa jumlah yang jungkitan yang dihitung Optocoupler ini akan diolah oleh mikrokontroler sebagai pengolah dan akan dikirimkan ke komputer secara wireless. Data ini akan tersimpan secara otomatis di komputer sebagai data curah hujan. “Di alat yang saya rancang ini,  saya menggunakan alat transmisi wireless jenis TRW 2.4G. Data curah hujan yang akan muncul juga diatur dengan satuan milimeter per jam. Bisa juga diubah menjadi sesuasi kebutuhan dan biaya”, terangnya Andi.


Menurut Andi, sebenarnya selama ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memiliki alat yang dapat digunakan untuk mengukur curah hujan dan kebutuhan lain. Permasalahannya, satu alat pengukur curah hujan yang digunakan BMKG tersebut biasanya hanya dapat mewakili daerah dengan radius sekitar 10 kilometer dari posisi alat tersebut. Hal ini dipersulit dengan mahalnya alat sehingga BMKG hanya dapat menempatkan alat tersebut di titik-titik yang terbatas.


Dilanjutkan Andi, permasalahan BMKG selanjutnya adalah pada upaya sosialisasi hasil alat tersebut. BMKG masih kesulitan untuk memberikan informasi curah hujan kepada seluruh masyarkat. “Selama ini, beberapa petani langsung datang ke petani untuk melihat hasil curah hujan. Namun, hal ini tidak efisien karena dibutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Sehingga banyak petani yang lebih memilih mengira-ngira secara tradisional”, jelasnya.


Selanjutnya Andi mengharapkan, alat ini dapat dimanfaatkan secara luas oleh para petani dan masyarakat umum sehingga mempermudah pengukuran curah hujan. Selain biaya terjangkau, pengunaannya pun cukup mudah dan tidak memakan waktu dan biaya tambahan. “Dengan alat ini, kita cukup melihat hasil pengukuran curah hujan di komputer tanpa melakukan proses apapun. Karena selama alat bekerja, data langsung secara otomatis tersimpan. Pada akhirnya petani dapat memproduksi padi dengan kualitas terbaik”.
published at:

on 26 December 2011 | | A comment?