UMY Bentuk Satgas Hijau, Upaya Capai Target 2015
IP UMY Pecahkan Masalah Sosial dengan Teknologi System Dynamic
Persiapkan Lulusan, FAI UMY adakan Baitul Arqam Purna Studi
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogykarta (FAI UMY) mengadakan Baitul Arqam Purna Studi (BAPUS) mulai Senin hingga Rabu (9-11/1) di Asrama Mahasiswa, University Residence (UNIRES)UMY. Kegiatan ini diikuti sekitar 60 mahasiswa FAI UMY yang akan diluluskan Februari mendatang.
Menurut penanggungjawab kegiatan Imam Suprabowo S.Sos.I, M.Pd.I saat ditemui di sela-sela acara Senin (9/11), kegiatan ini diadakan sebagai bentuk tanggung jawab dan pelayanan purna studi yang lebih mendalam bagi para calon lulusan FAI UMY yang sebentar lagi akan memasuki dunia kerja. “Mempersiapkan bekal bagi calon alumni dalam menghadapi dunia kerja merupakan sebuah tanggung jawab besar. Apalagi saat ini FAI dikonsentrasikan ke beberapa studi yang memiliki fokus masing-masing”.
Konsentrasi yang dimaksud Imam adalah konsentrasi fakultas yang dibagi ke dalam tiga studi, yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI), Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan Ekonomi Perbankan Islam (EPI). PAI difokuskan kepada calon pendidik yang akan mengajari masyarakat mengenai Agama Islam. KPI pada tataran komunikasi yang bernilai islam. Sementara EPI dititikberatkan pada dunia perbankan.
Kegiatan yang baru pertama kali diadakan di lingkungan universitas ini menurut Imam juga diintegrasikan dengan yusidium. Hal ini penting supaya yudisium bukan sekadar bersifat seremonial, namun juga memiliki manfaat yang lebih bagi calon alumni yang akan memasuki dunia dunia kerja dan kehidupan sosial di masyarakat.
Menurut Imam, setidaknya ada 5 materi utama yang diberikan pada kegiatan tersebut. Pertama mengenai Identitas Muhammadiyah di Tengah tantangan paham lain. Selanjutnya mengenai paham Agama dalam Muhammadiyah. Tiga materi lain berupa kehidupan pribadi dan kerja profesi, ibadah dalam perspektif Muhammadiyah, dan Tanggung jawab alumni bagi pengembagan Muhammadiyah. Kelima materi tersebut diisi oleh pada dosen dan pejabat UMY, salah satunya mantan Sekjen PP Muhammadiyah, Drs. Rosyad Shaleh.
Selain materi-materi utama, kegiatan juga diisi beberapa kegiatan yang lebih spesifik mempersiapkan calon wisudawan menghadapi dunia kerja, seperti training motivasi, job hunting dengan materi surat lamaran, wawancara, dan lainnya. “Job hunting diupayakan demi menghantar mereka ke pintu dunia kerja. Selain itu mereka juga diberi try-out psikotes berupa tes potensi akademik, kemampuan umum, kepribadian dan leadership”, terang Imam.
Pada akhirnya Imam mengharapkan, BAPUS akan menghasilkan lulusan FAI UMY yang berbeda. Lulusan FAI menurutnya harus memiliki nilai berbeda dengan lulusan lain. Nilai-nilai Islam yang dikuasai secara mendalam merupakan salah satunya. “Penanaman nilai-nilai Islam dan kemuhammadiyahan tingkat lanjut memang penting. Dengan tujuan ini, para peserta BAPUS memiliki karakter islami. Terutama dalam perspektif Muhammadiyah”, tandasnya.
published at:
http://www.umy.ac.id/persiapkan-lulusan-fai-umy-adakan-baitul-arqam-purna-studi.html
Mahasiswa UMY Ciptakan Alat Deteksi Dini Tanah Longsor Bersensor Cahaya
Teliti Padi Kualias Tinggi, UMY Jalin Kerjasama dengan Alwyni International Capital
Buya Syafii: Ganti NKRI jadi NPRI
http://www.pikiran-rakyat.com/node/170938
http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=136917&actmenu=35
Mahasiswa UMY Ciptakan Alat Deteksi Curah Hujan Tepat Guna
Menurut Andi, sebenarnya selama ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memiliki alat yang dapat digunakan untuk mengukur curah hujan dan kebutuhan lain. Permasalahannya, satu alat pengukur curah hujan yang digunakan BMKG tersebut biasanya hanya dapat mewakili daerah dengan radius sekitar 10 kilometer dari posisi alat tersebut. Hal ini dipersulit dengan mahalnya alat sehingga BMKG hanya dapat menempatkan alat tersebut di titik-titik yang terbatas.
Dilanjutkan Andi, permasalahan BMKG selanjutnya adalah pada upaya sosialisasi hasil alat tersebut. BMKG masih kesulitan untuk memberikan informasi curah hujan kepada seluruh masyarkat. “Selama ini, beberapa petani langsung datang ke petani untuk melihat hasil curah hujan. Namun, hal ini tidak efisien karena dibutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Sehingga banyak petani yang lebih memilih mengira-ngira secara tradisional”, jelasnya.
Selanjutnya Andi mengharapkan, alat ini dapat dimanfaatkan secara luas oleh para petani dan masyarakat umum sehingga mempermudah pengukuran curah hujan. Selain biaya terjangkau, pengunaannya pun cukup mudah dan tidak memakan waktu dan biaya tambahan. “Dengan alat ini, kita cukup melihat hasil pengukuran curah hujan di komputer tanpa melakukan proses apapun. Karena selama alat bekerja, data langsung secara otomatis tersimpan. Pada akhirnya petani dapat memproduksi padi dengan kualitas terbaik”.